Senin, 25 Juni 2012

SOCIAL LEARNING THEORY


TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN
SOCIAL LEARNING THEORY

1.   BAGAN





2.   KETERANGAN
Tingkah laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang juga  mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran sosial, yaitu lingkungan (environment), individu (personal/cognitive), dan perilaku (behavior).
a)   PERSON
Karakteristik seseorang dan faktor-faktor kognitif (ingatan, perencanaan, penilaian).
Dalam perannya sebagai individu, manusia berperan sebagai subjek atau pelaku dalam proses pembelajaran sosial. Setiap individu itu unik karena berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka antara satu dengan yang lain. Dalam proses pembelajaran sosial faktor-faktor personal yang berasal dari diri individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting, faktor tersebut adalah:
Pengetahuan
Pengetahuan antara satu individu dengan individu lain berbeda, baik pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari pengalaman, maupun pengetahuan yang bersifat edukatif atau didapatkan melalui pendidikan formal.
Sikap
Sikap seseorang dalam memandang suatu hal atau permasalahan yang ada untuk masing-masing individu juga berbeda. Ada yang menyikapi suatu permasalahan secara serius, ada pula yang menyikapinya secara santai. 
Pengharapan
Setiap individu senantiasa memiliki harapan maupun sesuatu yang mereka cita-citakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang membuat pandangan mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai pengharapan atau ekspetasi mereka.

b)   ENVIRONMENT
Lingkungan : segala bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif yang berada di bumi baik biotik maupun abiotik. Dalam proses pembelajaran sosial, lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial budaya atau lingkungan antar manusia dimana terdapat:
pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya
berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang)
ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial (termasuk perilaku manusia di dalamnya)
dipengaruhi oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya
Lingkungan ini berubah mengikuti mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Artinya, lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya, dan begitu pula sebaliknya.
Faktor yang berasal dari lingkungan yang dapat menjadi proses pembelajaran sosial antara lain:
norma-norma sosial yang berlaku
akses masyarakat (pola interaksi)
pengaruh satu sama lain (kemampuan untuk mengubah lingkungan sendiri)

c)   BEHAVIOR
Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat mengubah hubungan individu dan lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior yang mempengaruhi proses pembelajaran sosial yaitu:
Keterampilan/kemampuan (skills)
Latihan
Efektivitas diri
Ketiga variable tidak harus memiliki kekuatan atau memberikan kontribusi yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh adalah aspek kognitif.

3.  PENJELASAN TEORI
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses pembelajaran sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman dan evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu berinteraksi dengan lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu dengan faktor-faktor dalam lingkungan tersebut.
Social Learning Theory (Teori Pembelajaran sosial) menjadi bidang penelitian komunikasi massa untuk memahami efek terpaan media massa. Social Learning ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Teori ini belajar tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme (orang yang bersangkutan) mendapat penghargaan. Albert Bandura menyatakan bahwa Social Learning Theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru dan sahabat.
Dalam belajar, secara sosial langkah pertama adalah attention atau perhatian terhadap suatu peristiwa. Perhatian terhadap suatu peristiwa ditentukan oleh karakteristik peristiwa itu (rangsangan yang dimodelkan) dan karakteristik si pengamat. Peristiwa yang jelas dan sederhana akan mudah menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan. Mengenai ciri-ciri pengamat yang menentukan perhatian adalah antara lain kemampuan seseorang dalam proses informasi, umur, intelegensi, daya persepsi dan taraf emosional. Orang yang emosional akan lebih atentifterhadap suatu rangsangan tertentu. Langkah kedua adalah retention process (proses retensi) yaitu peristiwa yang menarik perhatian tadi di masukkan ke dalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan. Langkah ketiga motor reproduction yaitu hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Langkah terakhir motivasional proses menunjukkan bahwa perilaku akan berwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran eksternal pengamatan yang menunjukkan bahwa bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku yang sama serta ganjaran internal misalnya rasa puas diri.

4.    SOCIAL LEARNING THEORY
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,
Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

5.   TEORI PENIRUAN (MODELLING)
a)   Konsep Teori Peniruan (Modeling)
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ -“pembelajaran social “.
Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.

b)   Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
c)    Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
6.    KONSEP POKOK
Social learning theory dar Bandura di dasarkan pada 3 konsep pokok, yaitu:
a)    Determenisme resipokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk hubungan interaksi timbal balik yang terus menerus. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah laku nya dengan mengkontrol lingkungan , tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan. Determenisme resipokal itu sendiri merupakan konsep penting dalam teori belajar social karena menjadi pijakan untuk lebih memahami tingkah laku seseorang.
b)   Tanpa reinforcement, menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu bukan merupakan satu-satunya pembentuk tingkah laku seorang individu. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang sesuatu yang diamati tadi.
c)    Kognisi dan regulasi diri, konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Bandura menjelaskan bahwa teori belajar social berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi feedback yang berkesinambungan antara factor kognitif , tingkah laku, dan factor lingkungan. Dalam proses determenisme feedback inilah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasib nya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia merupakan factor yang saling menentukan secara timbale balik (Bandura,1977).

7.   FAKTOR-FAKTOR
Pengalaman belajar yang terdiri dari pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah faktor-faktor berikut:
a.   Atribut pembawaan, seperti ras, gender hal lainnya serta kemampuan bawaan seperti keterampilan, keintelektualan serta perilaku.
b.   Kondisi lingkungan sosial, seperti kehidupan sosial, pengalaman individu dalam kerja, pelatihan, kebijakan sosial serta pengalaman kerja dari orang lain, yang mempengaruhi pemilihan kerja.
c.   Pengalaman belajar di masa lalu, dibagi menjadi 2 tipe yaitu pengalaman belajar asosasi yang mana individu mengamati keterkaitan antara kejadian da mampu untuk memprediksi segala kemungkinan. Pengalaman belajar secara aplikasi, individu mampu mengaplikasikan di lingkungan secara langsung dengan hasil yang dapat diobservasi.
d.   Skill dalam pendekatan tugas, berkaitan skill individu dalam melaksanakan tugas baru, melalui pengalaman bahwasanya seperti pemecahan masalah, skill, kebiasaan kerja, mental set, respon emosional serta proses kognitif.
Dari 4 faktor-faktor di atas menyebabkan pengaruh primer yang sangat penting dalam penentuan karir individu yaitu:
1.   Self observation generalizations (SOG’s), hal ini merupakan penggambaran bahwa belajar individu berdasarkan pada pengalaman hidupnya yang diperoleh lewat vikarius even atau pengalaman pribadi.
2.   Worldview generalizations, melihat gambaran lingkungan secara umum dan percaya bagaimana dunia berfungsi, meniru lingkungan dan menginterpretasikan
3.   Task approach skill (TAS’s), kemampuan kognitif dan performa serta kemampuan untuk menyatu dengan lingkungan serta menginterpretasikan hal tersebut kepada pengamatan diri sendiri, kaitannya dengan pemilihan karir adalah adanya skill akan perencanaan, pencarian informasi, estimasi serta mempertimbangkan nilai kerja.
4.   Tindakan yang ditampakkan, hal yang ditampakkan itu sangat spesifik, yang berhubungan dengan perilaku dalam pemilihan kerja yang sebabkan pengamatan diri sendiri, penggeneralisasian serta pendekatan skill dalam tugas di atas tadi, seperti nantinya individu akan mengetahui kerja yang spesifik dengan skillnya. Atau bisa disebut, kemajuan dalam karir seperti menerima kerja yang spesific.
Maka 4 pengaruh primer pada diri individu di atas merupakan hasil dari 4 faktor sebelumnya, oleh karena itu meningkatnya derajat spesikasi dari 4 faktor tersebut, Maka individu mampu memperlihatkan kemampuannya jika dia telah diperkuat untuk melaksanakan aktivitas dengan performa yang sukses.

8.       CIRI-CIRI
a.   Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
b.   Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain -lain
c.   Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
d.   Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
e.    Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif

9.   EKSPERIMEN
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih agresif
Kelompok B
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

10.  KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

11.  CONTOH APLIKASI
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan tratmen, yakni :
a.    Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling):
mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.
b.    Modeling terbuka (modeling partisipan):
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c.    Modeling Simbolik;
Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.
Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari:
“Perilaku merokok”
Misalnya apabila seorang anak yang di dalam lingkungan rumahnya ayah dan ibunya merokok, maka anak tersebut memandang perilaku merokok sebagai hal yang biasa. Hal ini dikarenakan frekuensi anak terbsebut melihat perilaku dari kedua orang tuanya sudah terlalu sering. Sehingga dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang belum dia miliki, dia tidak akan memandang kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang salah.
 Nantinya, apabila anak ini beranjak dewasa, dan teman-teman sebayanya banyak yang merokok maka dia akan ikut-ikut merokok. Hal ini dikarenakan banyak teman-temannya memandang merokok sebagai suatu hal yang jantan, merokok itu menunjukkan tingkat pergaulan, atau kalau anak muda tidak merokok itu tidak keren. Hal-hal yang berasal dri lingkungan seperti ini merupakan hal yang paling besar pengaruhnya dalam mengubah mainset atau pemikiran si anak mengenai kebiasaan merokok. Terdapat dua kemungkinan dari pengaruh lingkungan ini, si anak akan menolak atau mengikuti kebiasaan teman-temannya untuk merokok.



3 komentar: