Jumat, 22 Juni 2012

Hidup dengan otak yang terbelah & Ketakutan terkondisi (terbiasakan)



TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

1.      Hidup dengan otak yang terbelah
2.      Ketakutan terkondisi (terbiasakan)

Kasus 1 : Hidup dengan otak yang terbelah

Pengertian Epilepsi
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami kejang berulang. 2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang. Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi. Adapun gejala yang paling umum dialami oleh penderita epilepsi adalah kejang. Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena epilepsi:

Sisi otak yang terkena
Gejala
Lobus frontalis                                               
Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis                                            
Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalis          
Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Lobus temporalis                               

Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif kompleks misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior                              
Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah dalam
Halusinasi bau, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan


            Untuk pengobatan epilepsi yang sudah tidak bisa ditangani dengan obat maka dilakukan operasi callostomi yang melibatkan pemotongan dari corpus callosum. Dengan dilakukannya operasi callostomi ini menghasilkan kondisi otak yang terbelah.

Hidup dengan otak yang terbelah
Pada dasarnya otak manusia terbagi menjadi dua yaitu hemisfer kiri dan kanan. Dalam keadaan normal hemisfer tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut-serabut saraf.
Orang yang menderita epilepsi parah menjalani pemutusan serabut-serabut saraf tersebut. Artinya mereka hidup dengan otak terbelah (pemisahan ini dillakukan untuk mencegah kejang karena hemisfer menyebar ke hemisfer lain). Dalam eksperimen psikologis menyatakan bahwa pada interaksi kasual dengan orang lain tidak memperlihatkan sesuatu yang tidak lazim tetapi sebenarnya mereka memiliki persepsi dan pengalaman sadar yang tidak lazim. Eksperimen tersebut menjelaskan banyak hal tentang kesadaran normal.
Penelitian sistematis pertama pada pasien dengan otak terbelah pada tahun 1960 secara dramatis mengkonfirmasi dominasi belahan otak kiri dalam mengontrol bahasa. Pasien dengan ketidakmampuan untuk mendeskripsikan rangsangan visual oleh otak kiri memindahkannya ke otak kanan. Belahan otak kanan mampu memproses rangsangan dengan menggunakan tangan kiri untuk menunjuk beberapa benda. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini juga mengkonfirmasikan bahwa rangsangan yang dapat diterjemahkan oleh belahan otak kanan terbatas pada rangsangan secara verbal, sedangkan belahan kiri dapat memprosesnya dengan mudah. Walaupun begitu belahan otak kanan yang terisolasi, dapat mengerti kata tertulis dan mengikuti instruksi verbal yang sederhana. Penelitian yang lebih mendetail selanjutnya mendemonstrasikan bahwa belahan otak kiri pada pasien dengan otak terbelah mampu memproduksi dan menganalisis semua aspek dalam berbahasa. Di sisi lain walaupun belahan otak kanan sering mengetahui arti dari kata-kata, belahan tersebut jarang menunjukkan bukti atas tata bahasa dan peraturannya (Gazzaniga, 2000)
Dominasi dari belahan otak kiri untuk kemampuan linguistik membuka aspek lain dalam fungsi kognitif. Setelah dilakukan operasi, IQ dalam hal verbal tidak terpengaruh, dan kapasitas dari pemecahan masalah dan pembuatan hipotesis juga tidak mengalami perubahan yang bermakna pada belahan otak kiri. Belahan otak kanan pada pasien tersebut mengalami penurunan dalam fungsi kognitif termasuk pemecahan masalah dan aktivitas mental lainnya (Gazzaniga, 2000).

Pengaruh terhadap fisik
Secara fisik, manusia dengan otak terbelah tidak menunjukkan adanya perubahan pada tubuh. Bila dilihat dari luar, sama sekali tidak ada perbedaan antara penderita otak terbelah maupun manusia normal lainnya. Keadaan otak tersebut hanya dapat diketahui melalui pemeriksaa klinis oleh tenaga medis, maupun dari riwayat operasi yang pernah dialami.

Pengaruh terhadap psikis
Pasien dengan otak terbelah sering berpanjang lebar dalam menjelaskan pilihan yang dilakukan oleh belahan kanan. Sebagai contoh, kepada pasien J.W ditunjukkan gambar mengenai lonceng menara pada bagian visual dari otaknya. Pasien tersebut dkemudian ditanya untuk memilih diantara empat gambar dengan menunjuk menggunakan tangan kiri. Gambar-gambar tersebut merupakan gambar-gambar isntrumen musik, yang diantaranya ada bel. J.W memilih bel dan ketika ditanya alasannya memilih, dia mengatakan bahwa dia telah mendengar bunyi bel dalam perjalanan ke lab. Belahan otak kiri yang bersifat berbicara, mengamati respon yang dikontrol sedangkan belahan kanan yang “diam” mengintepretasikan dengan pengetahuan yang ada. Gazzaniga telah menyimpulkan bahwa percobaan ini menunjukkan eksistensi dari “pengintepretasi” yang mengelaborasikan informasi yang didapat untuk membuak cerita atau skema (Gazzaniga, 2000). Dia mengungkapkan mekanisme yang bertanggung jawab dalam kerjasama ini adalah adanya lateralisasi ke belahan otak kiri.
Walaupun belahan otak kiri sepertinya digunakan untuk mengintepretasikan kejadian, bagian kanan tidak menunjukkan kecenderungan yang sama. Perbedaan gaya kognitif ini dapat diamati dalam performa dari kedua belahan otak dalam menyimpan memori. Ketika diminta untuk memutuskan rangsangan yang telah diberikan dalam sebuah penelitian, belahan kiri sering salah mengenali benda yang memiliki persamaan dengan ransangan yang belum pernah ditunjukkan sebelumnya. Belahan kanan tidak sering melakukan kesalahan yang berhubungan dengan benda baru (Metcalfe, Funnel, & Gazzaniga, 1995; Phelps & Gazzaniga, 1992). Penelitian ini konsisten dengan eksistensi pengintepretasi di otak kiri yang tidak terdapat pada otak kanan. Elaborasi yang dilakukan oleh pengintepretasi ini menimbulkan efek yang mengganggu pada akurasi dalam ttugas mengenali benda, namun dapat memudahkan dalam berhadapan dengan informasi yang baru. Karena dalam pola di dunia sering dapat dilihat, kausa determinan, pengintepretasi harus menemukan pola sebab akibat dan biasanya menemukan nilai adaptasi.
Penelitian dengan pasien dengan otak terbelah memperkuat pendapat dari abad ke 19 mengenai belahan otak kiri dominan pada kebanyakan orang. Belahan otak kiri mengontrol percakapan dan mendominasi fungsi bahasa, memiliki kemampuan otot motorik halus, dan memiliki kemampuan kognitif yang lebih superior secara umum. Peneliti mngungkapkan bahwa belahan kiri sering memerintah bagian kanan, walaupun hal itu tidak memiliki tugas yang berkaitan dengan informasi, dan hal ini terjadi hampir sepanjang waktu. Lalu bagaimana kontribusi dari belahan kanan? Penelitian laind engan pasien dengan otak terbelah menunjukan konfirmasi yang menarik dari ide Jackson yang mengatakan bahwa persepsi visual lebih kuat pada belahan kanan.Sebagai contoh, kelompok dengan dominan tangan kanan diminta untuk menyalin gambar garis sederhana dengan menggunakan tangan kiri atau tangan kanan. Salinan yang dihasilkan oleh tangan kiri lebih baik dengan yang dihasilkan oleh tangan kanan yang dominan. Hal tersebut sama dengan, pengguna tangan kiri memiliki performa lebih baik dibandingkan kanan ketika diberikan tugas yang mengharuskan pasien untuk menyusun balok sesuai warna yang sudah ada. Penemuan ini menunjukkan bahwa kemampuan visuospasial belahan otak kanan  kemungkinan lebih baik daripada kiri walaupun mekanisme bagaimana terjadinya hal tersebut belum jelas.
Penelitian terbaru lainnya mengenai asimetrisnya kemampuan visuospasial pada pasien dengan otak terbelah, menunjukkan belahan kanan lebih baik dari kiri dalam berbagai macam tugas visual. Belahan kanan lebih baik dalam mendeteksi pakah dua gambar identik atau terbalik. Selain itu belahan kanan juga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam diskriminasi spasial seperti meeteksi peredaan kecl pada oriestasi garis. Penelitian ini dan penelitian–penelitian lainya mengundang spekulasi bahwa belahan kiri lebih dikhususkan untuk mengidentifikasi informasi, dengan kekurangan dari presisi spasial. Corballis, Funnel dan Gazzaniga (1999b) menguji hipotesis ini dengan cara bertanya pada pasien dengan otak terbelah untuk melakukan kemampuan spasial atau untuk mengidentifikasi menggunakan rangsangan yang sama. Ketika memerlukan sebuah identifikasi, kedua belahan otak menunjukkan aktivitas yang sama. Pada masalah spasial, belahan kanan menunjukkan kemampuan lebih baik daripada kiri. Hal ini menunjukkan perbedaan (asimetri) dari visuospasial poeses tidak terjadi pada rangsangan tingkat rendah tetapi dalam tugas yang menggunakan penggunaan informasi.

Adakah intepretasi oleh belahan otak kanan ?
Alasan yang muncul menimbulkan dua kesimpulan : (1) Aspek dari proses visual dapat dikatakan sebuah kecerdasan dan merupakan sebuah proses tingkat tinggi, dan (2) Proses penglihatan tingkat tinggi lebih sering mengalami lateralisasi dibandingkan yang rendah. Oleh karena itu, sangat masuk akan untuk mengatakan asimetri dari belahan otak dari proses visual merupakan asimetri dari kecerdasan visual. Seperti pada belahan otak kiri yang dapat dideskripsikan lebih memiliki kognitif dibandingkan kanan, belahan kanan dapat dikatakan lebih memiliki kecerdasan persepsi dari kiri. Dari sudut pandang ini, fungsi yang spesial dari belahan kanan dapat dikatakan sebagai pengintrpretasi berdasarkan pemecahan ambiguitas pada penglihatan visual.
Contoh lain adalah penelitian mengenai garis ilusi pada pasien dengan otak terbelah. Adanya ilusi pergerakan garis terjadi ketika garis dipresntasikan secara instan pada tampilan visual, tetapi muncul dari awal sampai akhir dan sedang digambar. Manifestasi dari ilusi dapat dipengaruhi oleh manupulasi baik level rendah maupun tinggi dari konfigurasi stimulus. Dengan media yang sama garis digambarkan diantara dua titik dan dengan warna yang berbeda atau lebar yang berbeda, persamaan antar warna atau lebar akan menyebabkan ilusi. Manifestasi dari ilusi pada kedua belahan otak dapat diakibatkan oleh titik yang berkedip (manipulasi level rendah), tetapi belahan kanan lebih terganggu dengan persamaan lebar ataupun warna (manipulasi lebel tinggi). Hasil ini dapat menyimpulkan adanya perbedaan mekanisme yang dapat berkontribusi dalam ilusi gerak dan mekanisme tersebut memiliki peran untuk memutuskan asal dari pergerakan.

Fungsi Otak

Otak manusia terbelah menjadi dua bagian. Kedua bagian otak tersebut bertanggung jawab silang, maksudnya belahan otak kanan bertanggung jawab terhadap tubuh dan bagian kiri sebaliknya. Hal ini berarti bila otak kanan seseorang lebih dominan, maka orang tersebut cenderung menjadi kidal atau aktif dengan bagian tubuh kiri. Kedua belahan otak sangat identik tapi berbeda fungsi. Masing-masing otak berperilaku berbeda. Brain Functions Fungsi Dari Otak Kanan Dan Otak Kiri Otak adalah organ tubuh yang paling vital dan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Jika manusia diibaratkan sebuah komputer, otak adalah prosesornya. Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar saraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu saraf lain. Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem saraf pusat. Otak manusia terbagi menjadi dua dan dibatasi oleh celah longitudinal. Celah longitudinal disebut juga dengan celah great longitudinal atau celah longitudinal cerebral merupakan alur dalam yang memisahkan kedua belahan otak manusia. Ada keuntungan manusia memiliki otak yang terintegrasi. Dengan dua permukaan permukaan menjadi lebih luas, yang memungkinkan untuk pertumbuhan dan pendinginan. Dengan dengan dua belahan, otak menjadi memiliki fungsi masing-masing. Otak Kiri Kanan Fungsi Dari Otak Kanan Dan Otak Kiri Otak belahan kiri dan belahan kanan memiliki fungsi masing-masing, berikut fungsi masing-masing belahan otak:
Otak belahan kiri
Otak kiri dicirikan dengan karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan analisis, logis, urutan, objektif dan rasional. Dengan karakterisitik ini, orang yang dominan menggunakan otak kiri cenderung memiliki pendekatan rasional terhadap kehidupan. Orang yang dominan otak kiri akan lebih tertarik dengan angka, kata-kata atau simbol. Dengan cara berpikirnya yang logis dan rasional, individu dengan dominansi otak kiri cenderung melakukan kemampuan analisa dengan baik. Misalnya dalam bidang teknik atau akutansi. Orang dengan dominasi otak kiri berpengalaman dalam perencanaan, dan orang ini jarang sekali melakukan persiapan di saat-saat terakhir.
Otak belahan kanan
 Di sisi lain, karakteristik yang terkait dengan otak kanan adalah intuitif, acak, subjektif, holistik (secara menyeluruh) dan sintesis. Dengan karakteristik ini, orang yang dominan dengan otak kanan cenderung lebih kreatif ketimbang orang yang dominan otak kiri. Kenyataan bahwa orang dengan dominansi otak kanan lebih cenderung menyukai aspek visual, sehingga orang-orang tersebut jarang menanggapi masalah secara rinci. Individu dengan dominansi otak kanan cenderung lebih kreatif dan intuitif, baik di bidang seni yang kreatif, maupun di bidang-bidang lainnya. Individu tersebut memiliki waktu yang tepat untuk memprioritaskan hal-hal yang sulit, karena sebagian besar keputusan yang dibuat pada saat terakhir. Jika dua individu diberikan beberapa kasus, satu dengan dominansi otak kanan dan yang lainnya dengan dominansi otak kiri, orang dengan dominansi otak kanan akan mulai bekerja tanpa melalui manual instruksi. Sedangkan individu dengan dominansi otak kiri akan melakukannya melalui manual, memahami konsep, baru kemudian menangani kasus tersebut.
  
Kasus 2: Ketakutan terkondisi (terbiasakan)

Ketakutan terkondisi adalah ketakutan yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus oleh pemberi rasa takut kepada penerima rasa takut sehingga menyebabkan penerima rasa takut terbiasa dan trauma.
Misalnya seorang anak yang disiksa oleh orang tuanya baik dalam penyiksaan fisik maupun emosional terus-menerus. Ketika sang anak mendengar suara orang tuanya saja akan menimbulkan ketakutan. Ketakutan itu dipelajari dengan sedikit pemikiran atau kesadaran, sulit untuk dilawan dengan penenangan verbal. Terapi yang paling baik adalah prinsip pengkondisian (pembiasaan).
Dampak terhadap psikis
Orang yang mengalami ketakutan terkondisi cenderung memiliki kepribadian yang tertutup dan tidak bisa leluasa menerima informasi dari luar. Ketakutan yang telah ada dalam otak bawah sadarnya akan secara otomatis memberi respon memberi sinyal sangat protektif terhadap impuls baru yang mirip atau mendekati hal-hal yang menjadi penyebab rasa takut.
Dampak terhadap lingkungan
Orang yang mengalami ketakutan terkondisi biasanya memiliki respon yang sedikit banyak berbeda dengan orang yang tidak mengalami hal tersebut, sehingga orang lain dapat menyadari adanya perbedaan dan kejanggalan yang ada pada orang tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar