TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN
“SOCIAL
LEARNING THEORY”
1. BAGAN
2. KETERANGAN
Tingkah
laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang juga mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran sosial, yaitu lingkungan
(environment), individu (personal/cognitive), dan perilaku (behavior).
a) PERSON
Karakteristik seseorang dan faktor-faktor
kognitif (ingatan, perencanaan, penilaian).
Dalam perannya sebagai individu, manusia
berperan sebagai subjek atau pelaku dalam proses pembelajaran sosial. Setiap
individu itu unik karena berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka
antara satu dengan yang lain. Dalam proses pembelajaran sosial faktor-faktor
personal yang berasal dari diri individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat
penting, faktor tersebut adalah:
■ Pengetahuan
Pengetahuan antara satu individu dengan
individu lain berbeda, baik pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari
pengalaman, maupun pengetahuan yang bersifat edukatif atau didapatkan melalui
pendidikan formal.
■ Sikap
Sikap seseorang dalam memandang suatu hal
atau permasalahan yang ada untuk masing-masing individu juga berbeda. Ada yang
menyikapi suatu permasalahan secara serius, ada pula yang menyikapinya secara
santai.
■ Pengharapan
Setiap individu senantiasa memiliki harapan
maupun sesuatu yang mereka cita-citakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang
membuat pandangan mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai
pengharapan atau ekspetasi mereka.
b) ENVIRONMENT
Lingkungan : segala
bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif yang berada di bumi baik biotik
maupun abiotik. Dalam proses pembelajaran sosial, lingkungan tersebut meliputi
lingkungan sosial budaya atau lingkungan antar manusia dimana terdapat:
● pola-pola hubungan sosial
serta kaidah pendukungnya
● berlaku dalam suatu
lingkungan spasial (ruang)
● ruang lingkupnya
ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial (termasuk perilaku
manusia di dalamnya)
● dipengaruhi oleh tingkat
rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya
Lingkungan ini berubah
mengikuti mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Artinya, lingkungan sosial
budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi
kultural manusia terhadap lingkungannya, dan begitu pula sebaliknya.
Faktor yang berasal dari lingkungan yang
dapat menjadi proses pembelajaran sosial antara lain:
● norma-norma sosial yang
berlaku
● akses masyarakat (pola
interaksi)
● pengaruh satu sama lain
(kemampuan untuk mengubah lingkungan sendiri)
c) BEHAVIOR
Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat
mengubah hubungan individu dan lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior
yang mempengaruhi proses pembelajaran sosial yaitu:
● Keterampilan/kemampuan
(skills)
● Latihan
● Efektivitas diri
Ketiga variable tidak harus memiliki
kekuatan atau memberikan kontribusi yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh
adalah aspek kognitif.
3. PENJELASAN
TEORI
Antara individu, lingkungan, serta
perilaku saling berinteraksi dan mempengaruhi proses pembelajaran sosial.
Dimana perilaku seseorang tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada
dalam diri individu tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal.
Proses pembelajaran sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran
individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman dan
evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu berinteraksi dengan
lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu dengan faktor-faktor dalam lingkungan tersebut.
Social Learning Theory (Teori
Pembelajaran sosial) menjadi bidang penelitian komunikasi massa untuk memahami
efek terpaan media massa. Social Learning ini mengkaji proses belajar melalui
media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Teori
ini belajar tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara
menunjukkan tanggapan dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam
belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme (orang
yang bersangkutan) mendapat penghargaan. Albert Bandura menyatakan bahwa Social
Learning Theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping
keluarga, guru dan sahabat.
Dalam belajar, secara
sosial langkah pertama adalah attention atau perhatian terhadap suatu
peristiwa. Perhatian terhadap suatu peristiwa ditentukan oleh karakteristik
peristiwa itu (rangsangan yang dimodelkan) dan karakteristik si pengamat.
Peristiwa yang jelas dan sederhana akan mudah menarik perhatian dan karenanya
mudah dimodelkan. Mengenai ciri-ciri pengamat yang menentukan perhatian adalah
antara lain kemampuan seseorang dalam proses informasi, umur, intelegensi, daya
persepsi dan taraf emosional. Orang yang emosional akan lebih atentifterhadap
suatu rangsangan tertentu. Langkah kedua adalah retention process (proses
retensi) yaitu peristiwa yang menarik perhatian tadi di masukkan ke dalam benak
dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan.
Langkah ketiga motor reproduction yaitu hasil ingatan tadi akan meningkat
menjadi bentuk perilaku. Langkah terakhir motivasional proses menunjukkan bahwa
perilaku akan berwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat
berbentuk ganjaran eksternal pengamatan yang menunjukkan bahwa bagi orang lain
ganjaran disebabkan perilaku yang sama serta ganjaran internal misalnya rasa
puas diri.
4. SOCIAL
LEARNING THEORY
Teori Pembelajaran Sosial
merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori
belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan
isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan –
penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif
internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan
belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social
menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara
kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh
orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh
(Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran
social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu
langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis
pembelajaran melalui pengamatan ,
■ Pertama.
Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi
yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan
ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
■ Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu
sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari
oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori
pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada
penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah
laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah
cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori –
teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah
laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran
terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku
orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
5. TEORI
PENIRUAN (MODELLING)
a) Konsep
Teori Peniruan (Modeling)
Pada tahun 1941, dua
orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil
eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “
social learning “ -“pembelajaran social “.
Perilaku peniruan manusia
terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru
orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut
Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun
penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak
untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun
berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan
eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil
eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui
pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu
tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut
“observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971),
kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori
pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa
mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura,
perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan
lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori
pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama
Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa
memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam
video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan
dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak
tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini
terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru
membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara
langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya
anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak
merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak
bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan
memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan
tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi
tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi.
Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain.
Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan
dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan
berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif
anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu
Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah
kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan
anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh
difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar
atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu,
beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan
perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan
anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
b) Unsur
Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan
melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar
kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian
/ atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
■ Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku
model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada
nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang
pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music
terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &
Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality
Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran
dapat dipelajari.
■ Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam
peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan
peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan
informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
■ Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu
tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa
yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain
tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi,
sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek
lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan
keterampilan.
■ Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan
Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan
sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru
perilaku yang telah dimodelkan.
c) Jenis
– jenis Peniruan (modelling)
■ Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan
berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran
ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu
dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh
model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
■ Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui
imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang
dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
■ Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara
menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak
langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
■ Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk
situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi
tidak boleh dipakai di sekolah.
■ Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan
dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa
gurunya.
6. KONSEP
POKOK
Social learning theory dar Bandura di
dasarkan pada 3 konsep pokok, yaitu:
a) Determenisme
resipokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
hubungan interaksi timbal balik yang terus menerus. Orang
menentukan/mempengaruhi tingkah laku nya dengan mengkontrol lingkungan , tetapi
orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan. Determenisme resipokal
itu sendiri merupakan konsep penting dalam teori belajar social karena menjadi
pijakan untuk lebih memahami tingkah laku seseorang.
b) Tanpa
reinforcement, menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan
apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu bukan
merupakan satu-satunya pembentuk tingkah laku seorang individu. Orang dapat
belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang sesuatu
yang diamati tadi.
c) Kognisi
dan regulasi diri, konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara
mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi
tingkah lakunya sendiri.
Bandura menjelaskan bahwa teori belajar
social berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi feedback
yang berkesinambungan antara factor kognitif , tingkah laku, dan factor
lingkungan. Dalam proses determenisme feedback inilah terletak kesempatan bagi
manusia untuk mempengaruhi nasib nya maupun batas-batas kemampuannya untuk
memimpin diri sendiri (self direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi
semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang
dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas
yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia merupakan factor yang saling
menentukan secara timbale balik (Bandura,1977).
7. FAKTOR-FAKTOR
Pengalaman belajar yang terdiri dari
pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah faktor-faktor berikut:
a. Atribut
pembawaan, seperti ras, gender hal lainnya serta kemampuan bawaan seperti
keterampilan, keintelektualan serta perilaku.
b. Kondisi
lingkungan sosial, seperti kehidupan sosial, pengalaman individu dalam kerja,
pelatihan, kebijakan sosial serta pengalaman kerja dari orang lain, yang
mempengaruhi pemilihan kerja.
c. Pengalaman
belajar di masa lalu, dibagi menjadi 2 tipe yaitu pengalaman belajar asosasi
yang mana individu mengamati keterkaitan antara kejadian da mampu untuk
memprediksi segala kemungkinan. Pengalaman belajar secara aplikasi, individu
mampu mengaplikasikan di lingkungan secara langsung dengan hasil yang dapat
diobservasi.
d. Skill
dalam pendekatan tugas, berkaitan skill individu dalam melaksanakan tugas baru,
melalui pengalaman bahwasanya seperti pemecahan masalah, skill, kebiasaan
kerja, mental set, respon emosional serta proses kognitif.
Dari 4 faktor-faktor di atas menyebabkan
pengaruh primer yang sangat penting dalam penentuan karir individu yaitu:
1. Self
observation generalizations (SOG’s), hal ini merupakan penggambaran bahwa
belajar individu berdasarkan pada pengalaman hidupnya yang diperoleh lewat
vikarius even atau pengalaman pribadi.
2. Worldview
generalizations, melihat gambaran lingkungan secara umum dan percaya bagaimana
dunia berfungsi, meniru lingkungan dan menginterpretasikan
3. Task
approach skill (TAS’s), kemampuan kognitif dan performa serta kemampuan untuk
menyatu dengan lingkungan serta menginterpretasikan hal tersebut kepada
pengamatan diri sendiri, kaitannya dengan pemilihan karir adalah adanya skill
akan perencanaan, pencarian informasi, estimasi serta mempertimbangkan nilai
kerja.
4. Tindakan
yang ditampakkan, hal yang ditampakkan itu sangat spesifik, yang berhubungan
dengan perilaku dalam pemilihan kerja yang sebabkan pengamatan diri sendiri,
penggeneralisasian serta pendekatan skill dalam tugas di atas tadi, seperti
nantinya individu akan mengetahui kerja yang spesifik dengan skillnya. Atau
bisa disebut, kemajuan dalam karir seperti menerima kerja yang spesific.
Maka 4 pengaruh primer pada diri individu
di atas merupakan hasil dari 4 faktor sebelumnya, oleh karena itu meningkatnya
derajat spesikasi dari 4 faktor tersebut, Maka individu mampu memperlihatkan
kemampuannya jika dia telah diperkuat untuk melaksanakan aktivitas dengan
performa yang sukses.
8. CIRI-CIRI
a. Unsur
pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
b. Tingkah
laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain -lain
c. Pelajar
meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
d. Pelajar
memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
e. Proses
pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
9. EKSPERIMEN
Eksperimen yang sangat
terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru
seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang
tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “.
Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan
atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan
kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
■ Kelompok A
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang
dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang
dewasa dan justru lebih agresif
■ Kelompok B
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang
dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang
agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui
peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang
lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang
agresif
10. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
■ Kelemahan Teori Albert
Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat
sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik
pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang
ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau
membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah
pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima
dalam masyarakat.
■ Kelebihan Teori Albert
Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus
( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih
ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation (
peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social
dan kognitif.
11. CONTOH
APLIKASI
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan
tratmen, yakni :
a. Latihan
Penguasaan (desensitisasi modeling):
mengajari klien menguasai tingkahlaku yang
sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling
dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian
konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap.
Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien
dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan
bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun
binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah
model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan
memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu
dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif)
tanpa memakai penguatan yang nyata.
b. Modeling
terbuka (modeling partisipan):
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti
dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru
tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa
bantuan.
c. Modeling
Simbolik;
Klien melihat model dalam film, atau
gambar/cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong
klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.
Contoh aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari:
“Perilaku
merokok”
Misalnya apabila seorang
anak yang di dalam lingkungan rumahnya ayah dan ibunya merokok, maka anak
tersebut memandang perilaku merokok sebagai hal yang biasa. Hal ini dikarenakan
frekuensi anak terbsebut melihat perilaku dari kedua orang tuanya sudah terlalu
sering. Sehingga dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang belum dia miliki,
dia tidak akan memandang kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang salah.
Nantinya, apabila
anak ini beranjak dewasa, dan teman-teman sebayanya banyak yang merokok maka
dia akan ikut-ikut merokok. Hal ini dikarenakan banyak teman-temannya memandang
merokok sebagai suatu hal yang jantan, merokok itu menunjukkan tingkat
pergaulan, atau kalau anak muda tidak merokok itu tidak keren. Hal-hal yang
berasal dri lingkungan seperti ini merupakan hal yang paling besar pengaruhnya
dalam mengubah mainset atau pemikiran si anak mengenai kebiasaan merokok.
Terdapat dua kemungkinan dari pengaruh lingkungan ini, si anak akan menolak
atau mengikuti kebiasaan teman-temannya untuk merokok.
ijin copas,,ya.. hehehe
BalasHapusTerima kasih ya share ilmunya, sangat membantu...
BalasHapusKak, ini sumbernya dari buku apa ya kalau boleh tau?
BalasHapus