TUGAS
MATA KULIAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
“PEMETAAN
SOSIAL”
2.1 Definisi Pemetaan
Sosial
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan
memahami struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata
hubungan antar lembaga dan atau individu pada lingkungan sosial tertentu.
Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling atau “
pembuatan profil suatu masyarakat “ Identifikasi kelembagaan dan
individu ini dilakukan secara akademik melalui suatu penelitian lapangan,
yakni mengumpulkan data secara langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan
tata hubungan antara satu dengan lain satuan sosial dalam kawasan
komunitas yang diteliti (Dody Prayogo,2003).
Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan
pranata sebagai salah satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau
organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang dimaksud. Identifikasi
tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping,
yang memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam
komunitas tersebut, sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara
pranata dengan lembaga-lembaga tersebut. Adapun tujuan utama membuat
pemetaan sosial adalah diperolehnya program prioritas dan alokasi
sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh
budaya-budaya luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan .
2.2 Tujuan Pemetaan Sosial
Secara khusus pemetaan
sosial bertujuan agar :
1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan
fasilitas pelayanan sosial dalam kegiatan penguatan.
2. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan
informasi untuk penguatan kelompok-kelompok sosial.
3. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem
informasi geografis (GIS), sehingga diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya
luar.
4. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan
jenis masalah dan satuan wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari
budaya-budaya luar.
5. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk
kegiatan penguatan.
6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan
pemahaman terhadap kondisi masyarakat
7. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat.
8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda
pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang
bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi
10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan
sikap dan perilaku pada
masyarakat.
2.3 Manfaat Pemetaan
Sosial
Dalam pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat
praktis antara lain :
1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber
sosial yang merupakan bagian dari analisis situasi dan analisis
kebutuhan untuk kegiatan penguatan.
2. Gambaran dasar survei disajikan dalam
bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.
3. Pemantauan tentang perubahan tata ruang kondisi daerah
suatu komunitas
4. Analisis prioritas masalah dan lokasi untuk
perencanaan kegiatan penguatan.
2.4 Jenis Pemetaan
Sosial
Social mapping sebenarnya
bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan dicari dan
bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan.
Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :
■ INTERNAL
Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian
dari lembaga itu sendiri. diantaranya oleh:
a. Person In Charge (PIC)
b. Community Development
Officer
c. Petugas Lapangan
■ INDEPENDENT
Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar
dari lembaga itu sendiri . diantaranya oleh :
a. Akademisi
b. LSM
c. Lembaga penelitian
2.5 Output Yang
Diharapkan
1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut
usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll.
2. Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek
geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi
sosial masyarakat, dll.
3. Data psikografi : nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut,
mitos, kebiasaan-kebiasaan,
adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang
menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat
terutama terkait dengan mitigasi bencana,
pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang
paling berpengaruh, dll.
4. Pola komunikasi : media yang dikenal dan digunakan, bahasa,
kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat
memperoleh informasi
2.6 Perspektif dasar
Pemetaan Sosial berkaitan dengan :
1. Komponen masyarakat : (individu, keluarga, komunitas, masyarakat
sipil, institusi negara)
2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses
sosial, nilai sosial), yaitu dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses
kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial didaerah / daerah perbatasan dengan
komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
2.7 Indikator yang
digunakan dalam pemetaan sosial, yaitu :
1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan
sosial sangat tergantung pada ketersediaan indikator-indikator sosial.
2. Definisi indikator sosial: definisi operasional
atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang memberikan
gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.
2.8 Asumsi pemetaan
sosial :
1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang)
dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada masyarakat.
2. Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta
sosial yang dapat menggambarkan pola-pola, keteraturan, perubahan, dinamika
sosial
3. Pemetaan Sosial merupakan cara untuk mengkaji
“Social Inquary”
2.9 Metodologi Pemetaan
Sosial (Social Inquary) :
1. Naturalistic inquary (kualitatif)
2. Positivictic (kuantitatif)
3. Kombinasi kualitatif dan kuantitatif
Tetapi ada juga metode
menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat tiga metode bagi
pelaksanaan pemetaan sosial :
1. Survei Formal
Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
standar dari sampel orang atau rumah tangga yang
diseleksi secara hati hati . Survey biasanya mengumpulkan informasi yang bisa
dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relative banyak pada kelompok sasaran
tertentu .
Beberapa metode survey formal antara lain :
1. Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic
Household Survey). Metode ini sering disebut sebagai Survey
Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement Survey
(LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai
aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran,
komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi,
tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.
2. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire
atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang
meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan,
dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat
yang cepat dan efektif untuk mengetahui rancangan
kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap
tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan.
Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30
hari.
3. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini
digunakan untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan
pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima
pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian
mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam memperoleh
pelayanan publik, pandangan mereka mengenai
kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.
4. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering
digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan
Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang
ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas
dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.
5. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan
sosial berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik
mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang
miskin, desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya
dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data
sensus.
2. Rapid Apraisal
Rapid
Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan
murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan
dari populasi sasaran dan stakeholders lainya mengenai kondisi
geografis , sosial dan ekonomi .
Beberapa metode Rapid Apraisal antara lain :
1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini
terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap
individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena
dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan
di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi
kelompok dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan
kesamaan latar belakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan,
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga.
Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian
memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.
3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara
difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara
melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah
disiapkan sebelumnya.
4. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan
kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat.
Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis,
sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang
berlangsung, interaksi sosial, dll.
5. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur
(daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara
50-75 orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak (random
sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara dilakukan
pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik, sekolah, balai
desa.
3. Participatory
Apraisal
Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama
aktif antara pengumpul data dan responden . pertanyaan pertanyaan
umumnya tidak dirancang secara baku , melainkan hanya garis garis besarnya saja
. Topik - topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan
proses Tanya jawab dengan responden .
Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di
bawah ini cukup penting diketahui:
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action).
Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural
Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa
ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran
antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik
visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk
pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf)
berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan,
Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang
Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus
dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu
mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan,
pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu
kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah
dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
3. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang
melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima
pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi
hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif
pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan
kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).
Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan
informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
2.10 Langkah Strategis
Pemetaan Sosial :
1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau
stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi dan posisi relatif dalam
konteks yang lebih luas.
2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok
sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar untuk menjelaskan
karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi yang dapat
memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.
3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator
dasar yg memberikan gambaran tentang bobot masalah dan strategi alokasi sumber
pada setiap wilayah/ kelompok.
2.11 Kelebihan dan
Kelemahan Pemetaan Sosial
Kelebihan pemetaan sosial :
1. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal
sosial di daerah yang diteliti
2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial
dengan penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti
3. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk
penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti
Kelemahan Pemetaan Sosial :
1. Lembaga harus mempunyai aturan
Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga
lembaga yang ada di desa yang sudah mapan atau yang mempunyai aturan yang jelas
. adapun paguyuban atau perkumpulan yang ada di masyarakat kadang tidak bisa
dibaca secara jelas . di samping itu koordinasi antar anggota lembaga juga
dirasa masih sangat kurang , bahkan terkesan tidak ada kompetisi dalam
memajukan masyarakat desa .
2. Tidak bisa merubah lembaga
Mereka menyadari , jika hanya kajian saja yang dilakukan , maka tidak bisa
merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui
peran dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun
kajian ini tidak sekaligus bisa atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang
ada. Artinya tidak semua lembaga dapat diaktifkan namun pengembangan
kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal .
3. Modal Sosial Lemah
Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa
dianggap oleh masyarakat memiliki modal sosial yang lemah , sehingga
rentan akan ketidak aktifan .
Ijin copy
BalasHapusIjin copy
BalasHapusBagus and simple ... Ijin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusthankyou
BalasHapusIjin Copy🙏🙏
BalasHapusIsi komennya memuat:
BalasHapusTerimakasih kakak atas artikel nya, terus tulis artikel lainnya ya kak. O iya, perkenalkan nama saya Gita Safitri dari kampus ISB Atma Luhur