Jumat, 18 Mei 2012

RURAL COMUNITY

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI KESEHATAN
“RURAL COMUNITY”



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengertian Masyarakat
Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa pendapat para sarjana tentang arti masyarakat, misalnya:
  1. R. Linton : seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 
  2. M. J. Herskovits : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu. 
  3. J. L. Gillin dan J. P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebasiaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. 
  4. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
  5. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
  6. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
  7. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
  1. S. R. Steinmentz : seorang sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa masyakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat ada teratur. 
  2. Hasan Sadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

Mengingat definisi-definisi masyarakat tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
  2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu.
  3. Adanya aturan-aturan atau undangan-undangan yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
  1. Masyarakat paksaan, misalnya : nagara, masyarakat tawanan dan lain-lain. 
  2. Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :

  • Masyarakat natuur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku, (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan. Dan biasanya masih sederhana sekali kebudayaannya.
  • Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya : koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut saat ini masyarakat menurut wilayahnya dibagi menjadi masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,
  1. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pedesaan (urban community)
  2. Bagaimana pola makan masyarakat pedesaan
  3. Bagaimana cara mendapatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat desa
1.3 Tujuan
  1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat pedesaan
  2. Mengetahui pola kehidupan masyarakat desa
  3. Mengetahui bagaimana pola makan dari msyarakat desa
  4. Mengetahui bagaimana masyarakat desa mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan

BAB II
ISI

Masyarakat Pedesaan adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama yang berhubungan secara erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama (Homogen) disuatu daerah atau wilayah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor pertanian (Agraris). Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
  1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
  2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
  3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
  4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.

2.1  Pola Kehidupan Sosial Masyarakat Pedesaan
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut:
1. Afektifitas
Ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan  tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain  dan menolongnya tanpa pamrih.
2.Orientasi kolektif  
Sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
3. Partikularisme  
Pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
4.  Askripsi  
berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
5.   Kekabaran (diffuseness)
Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Masyarakat pedesaan identic dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:
  1. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).
  2. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas).

Dari uraian tersebut maka secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
Homogenitas social
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.Hubungan primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan ikut menyelesaikannya.
Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.
Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat.
Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.
Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik  pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Kehidupan sosial di pedesaan lebih kental dibandingkan dengan kehidupan sosial yang ada di perkotaan. Mereka hidup berdampingan dengan masyarakat lain disekitarnya. Tidak membeda–bedakan satu sama lain. Mereka tidak mengenal sikap individualis, dalam masyarakat pedesaan mereka saling membantu,menghargai, saling menolong satu sama lain.
Mereka lebih memenuhi kebutuhan biologisnya, tidak kebutuhan fisiknya. Sikap gotong royong yang mereka miliki, sangatlah bermakna, karena kita adalah makhluk sosial, yang akan selalu membutuhkan orang disekitar kita. Kita tidak mungkin hidup sendirian selamanya, pasti pada suatu saat nanti kita membutuhkan orang- orang disekitar kita.

2.2  Pola Makan Masyarakat Pedesaan
Pada masyarakat pedesaan mereka makan dari hasil alam yang mereka dapatkan, karena sebagian besar dari masyarakat pedesaan mempunyai mata pencaharian utama di bidang pertanian. Misalnya daun singkong, bayam, ikan dan sebagainya. Mereka mendapatkan semua itu dari hasil pekerjaan mereka sendiri.  Mereka cenderung untuk makan makanan tradisional hasil dari pekerjaan mereka mengolah lahan dan mereka pun memasak sendiri. Hal ini karena hasil alam mereka yang melimpah, mudah didapatkan serta mereka mempunyai intensitas waktu untuk bekerja yang tidak begitu padat sehingga mereka mengolah sendiri makanan yang akan mereka makan. Selain itu juga karena disana belum terdapat banyak restoran dan warung-warung makan yang menyediakan makanan cepat saji. Masyarakat pedesaan juga memiliki banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga sehingga mereka akan makan bersama-sama dengan keluarganya.
Sifat kekeluargaan dari masyarakat pedesaan yang masih kental membuat mereka tidak sungkan untuk memintabantuan tolong kepada tetangganya. Misalnya saat mereka sedang kehabisan bahan-bahan makanan, mereka pun tidak segan untuk meminta kepada tetangga mereka untuk mencukupi kebutuhan makanan mereka. Dari halnya sebuah garam sampai beras, hal itu merupakan hal yang wajar untuk mereka atau tidak jarang pula mereka masih menggunakan system barter, yaitu tukar menukar dengan barang. Kemudian saat mereka sedang memiliki makanan yang berlebih, dengan senang hati mereka akan membaginya dengan tetangga-tetangga mereka.
2.3  Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan. Salah satu perbedaan mendasar dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan adalah dalam hal memperoleh fasilitas pelayanan kesahatan.
Masyarakat pedesaan lebih sederhana dalam memandang terjadinya suatu penyakit, misalnya ada seseorang mengalami sakit demam 3 hari berturut turut, dalam pandangan masyarakat pedesaan mereka hanya berfikiran sederhana yaitu menganggap bahwa penyakit tersebut adalah hal wajar yang mungkin diakibatkan oleh kondisi tubuh yang capek atau masuk angin. Mereka kurang tahu bahwa mungkin saja orang tersebut  terserang demam berdarah atau mungkin  penyakit berbahaya lainnya. Dari hal tersebut mereka hanya mengandalkan obat-obatan sederhana dari alam,  karena terbatasnya pengutahuan dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat pedesaan. Mereka mengandalkan apa yang disediakan oleh alam atau mereka menyediakan sendiri tanaman obat-obatan dengan menanam apotek hidup di pekarangan rumah. Tetapi jika penyakit tersebut berlanjut langkah yang mereka tempuh bukan pergi ke dokter atau tenaga kesehatan lain yang lebih ahli justru mereka membawa penderita ke dukun karena dianggap lebih murah, terpecaya, alami dan mudah dijangkau.
 Selain itu  masyarakat pedesaan juga memilika anggapan yang ekstrem bahwa penyakit merupakan sebuah kutukan sehingga mereka malah membawa mereka ke paranormal atau justru mengasingkan orang yang sakit. Selain karena tenaga kesehatan yang masih terbatas, Dokter atau tenaga medis lainnya terkadang dianggap sebelah mata oleh masyarakat pedesaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Untuk dapat dikatakan sebagai masyarakat, harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
  2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu.
  3. Adanya aturan-aturan atau undangan-undangan yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. 
Masyarakat menurut wilayahnya dibagi menjadi masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, sebaiknya jangan membeda-bedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota karena keduanya saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain

DAFTAR PUSTAKA

Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan « Damai Subimawanto's Blog.html
Fenomena Bunglon dan Masyarakat Perkotaan.html
MASYARAKAT PERKOTAAN « UNBREAKABLE.html
MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN « BlaCk Box.html
MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN « Cahya's Blog.htm
Masyarakat Perkotaan Dan Masyarakat Pedesaan « langlangbuana.html
masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat.html
masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan.html
TUGAS ILMU SOSIAL Masyarakat Perkotaan & Masyarakat Pedesaan   Warta Warga.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar