TUGAS
MATA KULIAH KOMUNIKASI KESEHATAN
“KOMUNIKASI
INTERPERSONAL”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang pada hakikatnya selalu
berkeinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain yaitu berbicara, bertukar
pendapat, berbagi pengalaman, informasi, kerja sama dalam memecahkan suatu
masalah dan lain sebagainya. Manusia melakukan komunikasi setiap harinya, sejak
bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari
waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Salah satu
komunikasi yang sering dilakukan oleh manusia adalah komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi
yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi.
Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan
dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu
setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin
kerjasama untuk bisa bertahan hidup
Komunikasi interpersonal menjadi urat nadi untuk denyut kehidupan
sekaligus merupakan kekuatan utama dalam membentuk pengertian dan pemahaman di
antara orang-orang. Komunikasi interpersonal membina percakapan, koordinasi dan
kerjasama orang-orang agar produktif, dinamis dan inovatif sekaligus
menghubungkan tujuan-tujuan organisasi dengan tingkat partisipasi anggota dan
dinamika kemajuan masyarakat.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang
formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja
seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar
kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian
dalam berkomunikasi ( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya
yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai
sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam
berkomunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di
atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
komunikasi interpersonal?
2.
Apa fungsi komunikasi
interpersonal?
3.
Bagaimana ciri-ciri
komunikasi interpersonal?
4.
Apa klasifikasi
komunikasi interpersonal?
5.
Bagaimana efektifitas
komunikasi interpersonal?
6.
Apa fungsi komunikasi
interpersonal?
7.
Bagaimana hambatan dalam
komunikasi interpersonal?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah
tersebut dapat diperoleh beberapa tujuan diantaranya:
1. Pembaca dapat mengetahui
apa itu komunikasi interpersonal, fungsi, ciri-ciri, klasifikasi dan
efektifitas komunikasi interpersonal.
2. Pembaca menjadi paham
dengan komunikasi interpersonal tersebut sehingga bisa menerapkannya dan
menjadi softskill.
BAB II
ISI
1.1 Pengertian
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal menurut beberapa ahli
1. Komunikasi interpersonal
adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
2. Menurut Devito (1989),
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003,
p.30).
3.
Komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)
4.
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat
atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus
balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu
juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia
dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya
(Sunarto, 2003, p. 13)
2.2 Ciri-ciri Komunikasi
Interpersonal
1.
Pihak-pihak yang
melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Pihak yang dapat dikatakan
melakukan komunikasi interpersonal harus tidak berada dalam jarak jauh
melainkan saling berdekatan/ face to face. Apabila salah satu lawan bicara
menggunakan media dalam penyampaian pesan karena perbedaan jarak, itu tidak
dapat dikatakan sebagai komunikasi interpersonal.
2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim
dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal maupun non verbal.Di dalam
komunikasi interpersonal feed back yang diberikan oleh komunikan biasanya
secara spontan begitu juga dengan tanggapan dari komunikator. Dengan respon
yang diberikan secara spontan dapat mengurangi kebohongan salah satu lawan
bicara dengan cara melihat gerak gerik ketika sedang berkomunikasi.
3. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung
jawab para perserta komunikasi.Mutual understanding akan
diperoleh dalam komunikasi interpersonal ini, apabila diantara kedua belah
pihak dapat menjalankan dan menerapkan komunikasi ini dengan melihat
syarat-syarat yang berlaku seperti, mengetahui waktu, tempat dan lawab bicara.
4. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan
tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka,
seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang
dekat.Kita dapat membedakan seberapa dekat hubungan seseorang dengan lawan
bicaranya, hal ini dapat dilihat dari respon yang diberikan. Misalnya kedekatan
dalam berkomunikasi antara sepasang kekasih dengan sepasang persahabatan,
melalui respon nonverbal kita dapat melihat mereka sepasang kekasih atau hanya
teman biasa.
2.3 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Bacaan yang dikutip
Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal
menjadi :
1.
Interaksi intim. Termasuk
komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah
mempunyai ikatan emosional yang kuat.
2.
Percakapan sosial adalah
interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap
muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua
orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar
organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.
3.
Interogasi atau
pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang
meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang
karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan
menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
4.
Wawancara adalah salah
satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam
percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai
bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.
2.4 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di
sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan
orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat
menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain,
kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal
itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui
interaksi interpersonal.
c. Membentuk Dan Menjaga
Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam
komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial
dengan orang lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah
Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka
memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang
tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan
percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu
waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e. Untuk Bermain Dan
Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada
waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita
lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan
waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua
keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan
kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang
putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya
diambil dan lain sebagainya.
2.5 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu ( Devito, 1997, p.259-264 ):
1. Keterbukaan
(Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa
orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran
(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan
seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.”
Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut
bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan
cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk
masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal
maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung
(supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan
sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan,
bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif
(positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2)
secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif
mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah
seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara
dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal
akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing
pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
2.6 Fungsi Komunikasi Interpersonal
1. Untuk mendapatkan
respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses
komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan balik, saat Anda
berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana kalau Anda sms ke orang lain tetapi
tidak dibalas?
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi
respon/ umpan balik. Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan setelah
mengetahui lawan bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan
sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara
persuasi. Misalnya, iklan yang arahnya membujuk orang lain.
2.7 Unsur atau Elemen Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi intrapersonal yang melibatkan beberapa unsur
atau elemen sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002):
1. Sensasi, yaitu proses
menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non verbal). Pada saat berada
pada proses sensasi ini maka panca indera manusia sangat dibutuhkan, khususnya
mata dan telinga.
2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap
informasi yang ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur
subyektif. Contohnya, evaluasi komunikan terhadap proses komunikasi, nyaman
tidakkah proses komunikasi dengan orang tersebut?
3. Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan
evaluasinya dalam kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi
tersebut akan dikeluarkan atau diingat kembali pada suatu saat, baik sadar
maupun tidak sadar. Proses pengingatan kembali ini yang disebut sebagai
recalling.
4. Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini
meliputi pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Setelah
mendapatkan evaluasi terhadap proses komunikasi interpersonal maka ada
antisipasi terhadap proses komunikasi yang selanjutnya. Contohnya, jika kita
merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan dosen maka kita mempunyai cara untuk
antisipasi agar komunikasi di kemudian hari menjadi lancar.
Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau
informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:
a. Komunikator;
1. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang
gugup.
3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak
bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
b. Media;
1.
Hambatan teknis,
misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point,
dan lain sebagainya).
2.
Hambatan geografis,
misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat
ditangkap.
3.
Hambatan simbol/ bahasa,
yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya
kata-kata “wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh
dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan
sesuatu.
4.
Hambatan budaya, yaitu
perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.
c. Komunikate;
1. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang
tuli.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang
tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan.
Hambatan gender, misalnya
seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan
seorang lelaki.
2.8 Sistem Komunikasi Interpersonal
Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc.
lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau
menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti:
a Persepsi
Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli
inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam
persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi,
seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan
mengakibat kegagalan komunikasi.
b Konsep
Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal,
yaitu:
·
Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
·
Merasa stara dengan orang lain;
·
Menerima pujian tanpa rasa malu;
· Menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat;
· Mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya
dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
Karena setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang
mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha
menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi
kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
Membuka diri. Pengetahuan
tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri
sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
Percaya diri. Ketakutan
untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang
yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.
Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi
perlu.
Selektivitas. Konsep diri
mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada
pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita
mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).
Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian
selektif).
·
Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada
orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi
dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
Penafsiran pesan dan
penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata
berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu,
ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang
berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita
cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
Efektivitas komunikasi.
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan
hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok
yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila
berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
·
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan
sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal
yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta
komunikasi. Kegagalan komunikasi
sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara
komunikan menjadi rusak. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan
interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi.
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi
catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
a. Percaya
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan,
tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya.
Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
· Karakteristik dan maksud
orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman
dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan,
jujur dan konsisten.
· Hubungan kekuasaan,
artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang
itu patuh dan tunduk.
· Kualitas komunikasi dan
sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas,
harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
b. Sikap suportif
Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa
ciri perilaku suportif yaitu:
· Evaluasi dan deskripsi:
maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan
kekurangannya.
· Orientasi masalah:
mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah.
Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cara mencapai
tujuan.
· Spontanitas: sikap jujur
dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
c. Sikap
terbuka.
Sikap terbuka, kemampuan menilai secara
obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa,
orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah
keyakinannya, profesional dan lain-lain.
Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh
kesombongan, sifat malu dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Komunikasi
interpersonal merupakan proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat
langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159)
2. Ciri
komunikasi
· Pihak yang mengadakan
komunikasi berada dalam jarak yang dekat
· Pihak-pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal
maupun nonverbal
· Keberhasilan komunikasi
menjadi tanggung jawab peserta komunikasi
· Kedekatan hubungan
pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon
nonverbal
3. Klasifikasi
komunikasi Interpersonal
· Interaksi Intim
· Percakapan sosial
· Interogasi atau
pemeriksaan
· Wawancara
4. Tujuan
Komunikasi Interpersonal
· Menemukan diri sendiri
· Menemukan dunia luar
· Membentuk dan menjaga
hubungan yang penuh arti
· Berubah sikap dan
tingkah laku
· Untuk bermain dan
kesenangan
· Untuk membantu
5. Efektifitas
komunikasi interpersonal
· Keterbukaan
· Empati
· Sikap positif
· Kesetaraan
6. Fungsi
komunikasi interpersonal
· Untuk mendapatkan
respon/ umpan balik.
· Untuk melakukan
antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
· Untuk melakukan kontrol
terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku
orang lain dengan cara persuasi. Misalnya, iklan yang arahnya membujuk orang lain.
7. Unsur
atau Elemen Komunikasi Interpersonal
· Sensasi
· Persepsi
· Memori
· Berpikir
8. Hambatan
dalam komunikasi interpersonal
· Komunikator;
· Media
· Komunikan
9. Sistem
Komunikasi Interpersonal
· Persepsi Interpersonal
· Konsep Diri
· Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
· Merasa stara dengan orang lain;
· Menerima pujian tanpa rasa malu;
· Menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat;
· Mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya
dan berusaha mengubah
· Atraksi Interpersonal
· Hubungan Interpersonal
3.2. Saran
Komunikasi interpersonal adalah hal yang sangat penting dalam
penyampaian suatu informasi. Untuk membentuk komunikasi interpersonal yang
baik, diperlukan keterbukaan, empati, sikap positif, dan kesetaraan.
Melalui makalah ini, disarankan kepada mahasiswa agar
dapat lebih dalam mempelajari konsep komunikasi interpersonal sehingga
mahasiswa dapat lebih memahami konsep komunikasi interpersonal sehingga dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana Deddy. 2005. Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat Jalaludin. 1994. Psikologi
Komunikasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn. 1999. Theories
of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing
Company.
Bagus Ghojali.
2010. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi
Unair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar